Masjid Raya Rao Rao: Bangunan Cagar Budaya dengan Perpaduan Lima Budaya

Kabupaten Tanah Datar memiliki banyak anugerah peninggalan sejarah yang beragam. Salah satu peninggalan sejarah itu berupa Cagar Budaya yang berbentuk bangunan, dikenal dengan sebutan Masjid Raya Rao Rao.

Masjid Raya Rao-Rao menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia yang masih berdiri kokoh dan digunakan oleh masyarakat Nagari Rao Rao untuk beribadah sampai saat ini. Setidaknya ada akulturasi 5 budaya yang mempengaruhi arsitektur Masjid Rao-Rao. Mulai dari arsitektur tradisional, Eropa, Hindu Budha, Islam dan Cina.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menjadikan Masjid Raya Rao-Rao sebagai benda cagar budaya berdasarkan Peraturan Menbudpar RI Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 tanggal 8 Januari 2010 yang ditandatangani oleh Menbudpar RI, Ir. Jero Wacik, SE.

Masjid Raya Rao Rao
Foto Masjid Raya Rao Rao by Maizal Chaniago

Sejarah Masjid Raya Rao Rao

Seratus tahun yang lalu, di suatu nagari kecil di pinggang Gunung Marapi. Di jalan lintas Batusangkar-Bukittinggi. Di saat jalan lintas tersebut belum beraspal mulus seperti sekarang. Nagari di Ranah Minang masih gelap gulita karena belum ada aliran listrik. Saat itulah, tepatnya pada tahun 1908, para tetua (sesepuh) atau di Ranah Minang disebut dengan Tungku Tigo Sajarangan (cerdik pandai, kaum ulama, ninik mamak) orang Rao-Rao, merancang satu masjid yang indah di pandang mata.

Tidak sekadar baik dan bagus menurut ilmu arsitek seperti yang berkembang sekarang. Melainkan juga dijiwai oleh semangat mengamalkan Islam secara kaffah, yang sejalan dengan menerapkan adat Minangkabau yang terkenal: Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah (adat bersendi pada Agama, Agama bersendi pada Al-Quran). Apa yang harus dianut dalam adat, harus sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Lokasi Masjid Raya Rao-Rao

Masjid ini di bangun di Nagari Rao-Rao, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Di bangun di atas tanah wakaf H. Mohammad Thaib Caniago pada tahun 1908 yang diprakarsai oleh Abdurrachman Datuk Majo Indo bersama masyarakat Nagari Rao-Rao. Masjid ini diselesaikan akhir tahun 1918.

Masjid Raya Rao Rao
Foto Masjid Raya Rao Rao by kitfrique007

Arsitektur Masjid Rao Rao

Masjid ini memiliki luas 16 meter persegi dengan gaya arsitektur yang unik. Arsitektur masjid ini memadukan corak arsitektur dari tiga bangsa: Eropa (Italia dan Belanda), Melayu (Minangkabau), dan timur Tengah (Persia).

Atap masjid ini berbentuk limas yang terdiri dari empat undakan dengan permukaan cekung, hanya saja di tingkatan atap teratas terdapat ruang berbentuk persegi dengan empat atap bergonjong mengarah ke empat penjuru mata angin, sementara pada bagian menaranya terdapat ruang berbentuk segidelapan beratapkan kubah.

Masjid tersebut memiliki 13 jendela, 6 pintu, 2 kolam kecil, dan anak tangga yang besar ada 4 buah. Kolam yang berada di belakang masjid digunakan untuk anak-anak Nagari Rao-rao untuk berenang.

Di dalam ruang salat berdiri empat tiang utama yang terbuat dari beton. Di bagian mihrab masjid yang baru dibuat mimbar permanen pada tahun 1930, dihiasi hiasan berupa pecahan kaca keramik. Mimbar tersebut berukuran 3 × 1,38 meter dengan tinggi 3,1 meter.

Di sisi kiri masjid, terdapat sebuah bangunan dua lantai dengan ukuran 7 × 10 meter yang dikenal sebagai “Markaz,” yang telah selesai pembangunannya pada tahun 2001. Sementara itu, di sebelah kanan masjid berdiri sebuah gedung yang difungsikan sebagai sekolah agama. Awalnya bernama Madrasah Islamiyah, institusi pendidikan ini mengalami perubahan nama menjadi “Darul Huda” sejak tahun 1982.

Video Masjid Raya Rao Rao

Video Masjid Raya Rao Rao karya Uda Rifky Riandi menyajikan keindahan arsitektur klasik yang berpadu dengan nuansa spiritual yang mendalam. Dengan gambar yang memikat dan narasi yang menggugah, video ini mengajak penonton untuk menyelami sejarah serta nilai budaya yang melekat pada masjid bersejarah ini. Dari ukiran kayu yang khas hingga atmosfer yang menenangkan, karya ini menjadi jendela bagi siapa saja yang ingin merasakan keagungan Masjid Raya Rao Rao dalam setiap sudutnya.

Setidaknya ada akulturasi lima budaya yang mempengaruhi arsitektur Masjid Rao Rao

Gaya arsitektur Islam bisa terlihat dari lengkungan yang menghubungkan tiang-tiang di bagian luar masjid. lengkungan ini merupakan gaya arsitektur Islam yang telah digunakan pada bangunan Islam di kawasan Arab sejak abad ke-8 Masehi.

Gaya arsitektur lokal pada Masjid Rao-Rao bisa dilihat pada bentuk atap masjid yang memiliki gonjong serupa rumah gadang. Selain itu beberapa pemaknaan terhadap bangunan juga berkaitan erat dengan adat setempat, seperti adanya pemaknaan terhadap keberadaan suku hingga aturan adat.

Pengaruh gaya arsitektur Hindu Budha bisa dilihat dari atap masjid. Dharmawati Dewi Pamungkas dalam tesisnya ‘Seni Rupa Islam Pada Gaya Arsitektur dan Interior Masjid Agung’ (UGM, 1996) menyebutkan, atap yang bertingkat merupakan merupakan pengaruh dari kebudayaan Hindu Budha.

Selanjutnya, penggunaan bahan berupa beton atau semen, marmer lantai, pintu berukuran besar merupakan pengaruh yang diberikan oleh kebudayaan Eropa.

Kebudayaan Cina terlihat pada penguanaan keramik mimbar. Mimbar masjid hampir keseluruhan permukaannya dilapisi dengan kaca keramik. Pelapisan tersebut mengunakan kaca keramik yang sudah pecah dan ditempelkan dengan jarak yang cukup rapat. Penggunaan keramik dengan warna-warninya yang mencolok pada mimbar, merupakan pengaruh gaya dari Cina.

Perjalanan waktu, membawa pengaruh pada perubahan arsitektur masjid di Minangkabau

Fasilitas Masjid

Masjid Raya Rao-Rao sudah memiliki berbagai macam fasilitas, diantaranya adalah: Tempat Parkir, Gudang, Tempat Penitipan Sepatu/Sandal, Ruang Belajar (TPA/Madrasah), Perlengkapan Pengurusan Jenazah, Perpustakaan, Sound System dan Multimedia, Kantor Sekretariat, Pembangkit Listrik/Genset, Kamar Mandi/WC, Sarana Ibadah, Tempat Wudhu.

Kegiatan Masjid

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lingkungan masjid diantaranya adalah: Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu, Menyelenggarakan Sholat Jumat, Pemberdayaan Zakat, Infaq, Menyelenggarakan Pengajian Rutin, Shodaqoh dan Wakaf, Menyelenggarakan Dakwah Islam/Tabliq Akbar, Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam.

Arsitektur Masjid Raya Rao-Rao menjadi bukti kekayaan referensi para pendiri dan perancangnya. Sekaligus, selera yang dinamis dan terbuka pada ragam budaya dunia. Meski, tetap tak meninggalkan dasar arsitektur lokal Minangkabau. Sebuah akulturasi yang padu.

Peran dalam Masyarakat

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Raya Rao Rao juga digunakan sebagai pusat pendidikan agama dan pernah menjadi tempat penyusunan strategi perjuangan melawan penjajahan Belanda. Hingga kini, masjid ini tetap menjadi ikon budaya dan sejarah bagi masyarakat Sumatera Barat.

Masjid Raya Rao Rao adalah bukti nyata bagaimana warisan budaya dan sejarah tetap hidup dalam kehidupan masyarakat. Dengan keindahan arsitektur dan nilai historisnya, masjid ini layak menjadi destinasi wisata religi bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih dalam tentang budaya Minangkabau.

Nah, setelah Anda mengetahui beberapa hal penting tentang destinasi wisata religi Masjid Raya Rao-Rao, maka Anda perlu mengetahui cara merencanakan liburan ke sini. Meskipun liburan ke sini belum tau kapan waktunya, tetap harus kamu rencanakan lho!

Jika Anda sudah menyusun rencana liburan dengan baik, maka akan membuahkan hasil liburan yang baik juga, karena Anda sudah melakukan hal yang benar.

Ayo, mulai membuat rencana liburan ke destinasi wisata keren ini!

  • Dilarang menggunakan gambar dan video yang ada pada artikel ini sebelum Anda mendapatkan ijin dari pemilik Aslinya.
  • Menurut kami, masih banyak hal-hal di Masjid Raya Rao-Rao yang belum masuk di artikel ini. Jika Anda memiliki informasi yang lain, silahkan di tambahkan di komentar. Dan jangan lupa untuk membagikan artikel ini agar lebih bermanfaat.

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *